Search
Close this search box.

Acara akhir pekan gaya Belanda hingga lahirnya Reli Wisata akhirnya berubah menjadi ajang untuk menguji kecepatan dan kemampuan kendaraan sekaligus pengendaranya., serta mulai mengalami perubahan yakni semula hanya bersifat rekreatif, setelah itu mulai memasukkan unsur jarak dan waktu.

Pada dekade 1950 – 1960-an, berbagai perlombaan Reli Wisata roda dua dan roda empat sangat bergelora di Tanah Air, dimulai dengan diselenggarakannya Reli Wisata yang bersifat lokal tapi juga lintas daerah seperti dari Jakarta ke kawasan – kawasan di Jawa Barat, bahkan menembus Jawa Tengah, melintasi Jawa Timur, dan berkumpul di Bali. Kegiatan wisata seraya berlomba yang menempuh perjalanan panjang itu seringkali disebut para pereli Djakarta Bali Rally (DB Rally).

Dilihat dari banyaknnya nama peserta reli dan beragamnya merek mobil serta jumlah sponsor yang ikut ambil bagian, dimana pihak Kepolisian dan Dinas Lalu Lintas pada saat itu sepenuhnya mendukung kegiatan Olahraga Otomotif tersebut karena mereka bertanggung jawab atas pembinaan generasi muda melalui “Jalur Positif”. FJ Muller yang dibantu S. Hardjodisastro amat aktif menyelenggarakan kegiatan Reli Wisata sebagai ajang komunikasi antara polisi dengan masyarakat.

Djawa – Bali Tourist Raly yang diadakan pada tanggal 28 – 31 Juli 1967 merupakan Reli Wisata yang diselenggarakan khusus untuk menyambut Tahun Pariwisata Internasional yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB).

Reli Wisata juga tidak kalah menarik karena para pembalap juga menyukai perlombaan yang menantang, dan bersifat petualangan sekaligus wisata yang penilaiannya didasarkan pada tiga hal pokok yang saling berkaitan dan mengikat yaitu Waktu, Kecepatan dan Jarak.

Pentas Reli Wisata akbar mulai dengan nama Toyota Astra IPMJ Jaya – Bali Rally pada tahun 1971 dengan rute Jakarta – Bali (4-8 Agustus) dan dilaksanakan secara rutin setiap tahun.

Pada periode 1970-an, jumlah peserta Reli Wisata (juga disebut Time Rally) seperti IPMJ Metropolitan Rally kerap kali mencapai 300 Peserta, bahkan ketika reli akbar dalam kota itu dipimpin Dr. MK Tadjoedin, pesertanya pernah berjumlah 400 Peserta.